LIPUTAN ONE

test banner SELAMAT DATANG DI WEBSITE "LIPUTAN ONE"

Asal Muasal Etnis Rohingya Pencari Suaka Di Benua Asia

 


LIPUTANONE.CO.ID - Etnis Rohingya, yang beragama Islam, berasal dari Negara Bagian Rakhine di Myanmar dan memiliki populasi sekitar 1,3 juta jiwa. Mereka dianggap sebagai salah satu etnis minoritas paling tertindas di dunia. 


Sejarah panjang konflik dan diskriminasi yang mereka alami dimulai sejak masa penjajahan Inggris di India (1824-1948), ketika terjadi imigrasi besar-besaran dari India dan Bangladesh ke Myanmar.


Pascakemerdekaan, pemerintah Myanmar menolak memberikan status kewarganegaraan kepada keturunan Rohingya, dengan melihat mereka sebagai orang Bengali. 


Situasi ini diperburuk oleh kebijakan-kebijakan diskriminatif dan tindak kekerasan yang dilakukan oleh mayoritas Buddha terhadap komunitas Muslim ini. 


Akibatnya, sejak 1978, gelombang pengungsi Rohingya mulai mencari perlindungan di negara-negara tetangga termasuk Bangladesh, Thailand, Filipina, Indonesia, dan India. 


Diketahui, di akhir November 2023 lalu, terjadi gelombang besar pengungsi Rohingya yang mendarat di Provinsi Aceh, Indonesia, mencari keamanan dari kekerasan dan penindasan di Myanmar. 


Pendaratan etnis Rohingya di lepas pantai Aceh, termasuk Aceh Barat, telah menjadi fenomena yang berulang sejak beberapa tahun terakhir. 


Kelompok etnis Rohingya, yang mayoritasnya Muslim, berasal dari Myanmar, di mana mereka menghadapi diskriminasi sistemik, kekerasan, dan pengusiran massal. 


Krisis kemanusiaan ini mencapai titik kritis pada tahun 2017, ketika ratusan ribu Rohingya melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh, dengan beberapa mencoba mencapai negara-negara lain di Asia Tenggara, termasuk Malaysia dan Indonesia, dengan perahu.


Pihak berwenang di Aceh, seringkali bersama dengan organisasi lokal dan internasional, telah memberikan bantuan kepada para pengungsi Rohingya yang terdampar.


Salah satunya Aceh barat, yang membantu Fasilitasi tempat, termasuk penyediaan makanan, pakaian, perawatan medis, dan tempat penampungan sementara kepada para pengungsi rohingya. 


Dengan alasan Kemanusiaan, Kecamatan Samatiga Yang pertama Menampung para Pengungsi Rohingya, berjumlah 6 (enam) orang yang terdiri 2 pria dan 4 wanita, selanjutnya kecamatan Johan Pahlawan sebanyak 69 orang, terdiri dari Pria,wanita dan Anak-anak. 


Diketahui, masyarakat di dua kecamatan tersebut secara umum tidak mempersoalkan kehadiran para pengungsi Rohingya mungkin karena kesamaan agama dan empati terhadap situasi mereka sebagai korban konflik dan penganiayaan.


Camat Samatiga, Muhammad Asmiruddin Alnur, S. Tr.Kep, menyebutkan akhir akhir ini, Ratusan pengungsi Rohingya terus terdampar di Aceh, termasuk 75 orang pria dan wanita dan juga anak- anak yang ditemukan di  lautan Aceh barat,  baru baru ini.


" Situasi ini menimbulkan tantangan, baik bagi pengungsi itu sendiri maupun bagi kita sebagai penerima, "ujar Camat Samatiga. 


Lebih lanjut dikatakan, Sejak November 2022, Aceh telah menerima kedatangan Ribuan pengungsi Rohingya melalui kapal-kapal, dan pengungsi ini telah ditampung di sejumlah daerah dalam wilayah Provinsi Aceh. 


" Di Aceh-Barat, UNHCR, bersama pemerintah lokal dan masyarakat Aceh, telah menyediakan kebutuhan dasar dan layanan medis untuk para pengungsi ini. Menurut Camat Samatiga itu, kebutuhan para pengungsi sangat besar, dan penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam memberikan bantuan, "Pungkasnya.


Sementara itu, Camat Johan Pahlawan,Yulisman Yahya, Menurutnya,kerjasama antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat internasional adalah solusi penanganan masalah pengungsi Rohingya tersebut.


" Saya kira Situasi pengungsi Rohingya di Aceh menunjukkan bagaimana krisis kemanusiaan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab negara asal pengungsi, tapi juga komunitas internasional, termasuk negara-negara tempat mereka mencari perlindungan, " Ungkap Camat Johan Pahlawan. 


Menurutnya, Integrasi sosial juga merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan. Pengungsi perlu diberikan pemahaman tentang budaya lokal dan sebaliknya, masyarakat lokal juga perlu diberikan pemahaman tentang latar belakang dan kebutuhan, " Tandasnya. 


Yulisman Menambahkan, Komunitas internasional harus terus mendukung Indonesia dan negara-negara lain yang memberikan perlindungan kepada pengungsi. 


" Ini mencakup bantuan finansial, teknis, dan sumber daya lainnya. Selain itu, penting juga untuk terus mendorong penyelesaian konflik di Myanmar, sehingga pengungsi Rohingya dapat kembali ke tanah air mereka dengan aman dan bermartabat di masa depan, "pungkasnya.



(Dedy S)

Posting Komentar

0 Komentar